21.3.15
BULAN MADU DENGAN BIDADARI
Dari Al Habib Muhammad Taufiq Alaydrus
BULAN MADU DENGAN BIDADARI
****************************
Di kota Suffah tinggallah seorang
pemuda bernama Zahid. Ia hidup
pada zaman Rosululloh SAW.
Setiap hari ia tinggal di Masjid
Madinah. Zahid memang bukan
pemuda tampan. Di usianya yang
ke-35, ia belum juga menikah.
Suatu hari, ketika Zahid sedang
mengasah pedangnya, tiba-tiba
Rosululloh datang dan
mengucapkan salam kepadanya.
Zahid terkejut dan menjawabnya
dengan gugup.
"Wahai saudaraku
Zahid, selama ini engkau tampak
sendiri saja", sapa Rosululloh SAW.
"Alloh bersamaku, wahai
Rosululloh", jawab Zahid.
"Maksudku, mengapa selama ini
engkau masih lajang..? apakah tak
ada dalam benakmu keinginan
untuk menikah..?", tanya beliau
lagi.
Zahid menjawab, "Wahai
Rosululloh, aku ini lelaki yang
tidak mempunyai pekerjaan tetap,
apalagi wajahku sangat tak
memenuhi syarat, siapa wanita
yang mau denganku..?".
"Mudah saja kalau kau mau..!"
kata Rosululloh menimpali.
Zahid hanya termangu. Tak lama
kemudian Rosululloh
memerintahkan pembantunya
untuk membuat surat lamaran
untuk melamar wanita bernama
Zulfah binti Said. Ia anak
bangsawan Madinah yang terkenal
kaya raya dan cantik jelita. Surat
itupun diberikan kepada Zahid
untuk kemudian diserahkan kepada
Said. Setiba di sana ternyata Said
tengah menerima tamu. Maka usai
mengucapkan salam, Zahid
menyerahkan surat tersebut tanpa
masuk ke dalam rumah.
"Said saudaraku, aku membawa
surat untukmu dari Rosululloh
yang mulia", kata Zahid.
Said menjawab, "Ini adalah
kehormatan buatku".
Surat itu dibuka dan dibacanya.
Alangkah terkejutnya Said usai
membaca surat tersebut. Tak heran
karena dalam tradisi bangsa Arab
selama ini, perkawinan yang
biasanya terjadi adalah seorang
bangsawan harus kawin dengan
keturunan bangsawan pula. Orang
yang kaya harus kawin dengan si
kaya juga. Itulah yang dinamakan
"sekufu" (sederajad).
Akhirnya Said bertanya kepada
Zahid, "Saudaraku, betulkah surat
ini dari Rosululloh..?"
Zahid menjawab, "Apakah engkau
pernah melihatku berbohong..?"
Dalam suasana demikian, Zulfah
datang dan bertanya, "Ayah..
mengapa engkau tampak tegang
menghadapi tamu ini..? Apa tak
lebih baik bila ia disuruh masuk..?"
"Anakku, Ia adalah seorang
pemuda yang sedang melamarmu.
Dia akan menjadikan engkau
istrinya", kata Said kepada
anaknya.
Di saat itulah Zulfah melihat
ayahnya, ia pun menangis sejadi-
jadinya. "Ayah banyak pemuda
yang lebih tampan dan kaya raya,
semuanya menginginkan aku. Aku
tak mau, Ayah..!" jawab Zulfah
merasa terhina.
Said pun berkata kepada Zahid,
"Saudaraku, engkau tahu sendiri
anakku merasa keberatan.
Bukannya aku hendak
menghalanginya. Maka
sampaikanlah kepada Rosululloh
SAW bila lamaranmu di tolak".
Mendengar nama Rosululloh SAW
disebut sang ayah, Zulfah berhenti
menangis dan bertanya, "Mengapa
ayah membawa-bawa nama
Rosululloh SAW..?"
Said menjawab, "Lelaki yang
datang melamarmu ini adalah
karena perintah Rosululloh."
Serta merta Zulfah mengucap
istigfar berulang kali dan
menyesali kelancangan
perbuatannya itu. Lirih, wanita
muda itu berkata kepada sang
ayah, "Mengapa ayah tidak
mengatakannya sejak tadi bila yang
melamarkan lelaki itu adalah
Rosululloh SAW. Kalau begitu
keadaanya, nikahkan saja aku
dengannya.
Karena aku teringat
firman Alloh : 'Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin, bila
mereka dipanggil Alloh dan Rosul-
Nya, agar rosul menghukum
(mengadili) di antara mereka ialah
ucapan, 'Kami mendengar dan kami
patuh.' Dan mereka itulah orang-
orang yang beruntung.' (An-Nur : 51)."
Hati Zahid bagai melambung entah
ke mana. Ada semburat suka cita
yang tergambar dalam rona
wajahnya. Bahagia, itu yang pasti
ia rasakan saat itu. Setiba di
masjid ia bersujud syukur. Rosul
yang mulia tersenyum melihat
gerak-gerik Zahid yang berbeda
dari biasanya.
"Bagaimana Zahid..?" tanya
Rosululloh.
"Alhamdulillah diterima, wahai
Rosululloh," jawab Zahid.
"Sudah ada persiapan..?" tanya
Rosulullah lagi.
Zahid menundukkan kepala sambil
berkata, "Rosululloh.. aku tidak
memiliki apa-apa."
Rosululloh pun menyuruhnya pergi
ke rumah Abu Bakar, Utsman dan
Abdurrahman bin Auf. Setelah
mendapatkan sejumlah uang yang
cu [dipotong oleh WhatsApp]
[15:21 13/03/2015] Hb Taufiq Alaydrus: cukup, Zahid pergi ke pasar untuk
belanja persiapan pernikahan.
Bersamaan dengan itu Rosululloh
menyeru umat Islam untuk
berperang menghadapi kaum kafir
yang akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, ia
melihat kaum muslimin telah
bersiap dengan persenjataanya.
Zahid bertanya, "Ada apa ini..?"
Shahabat menjawab, "Zahid.., hari
ini orang kafir akan
menghancurkan kita. Apakah
engkau tidak mengetahuinya..?"
Zahid pun beristigfar beberapa kali
sambil berkata, "Wah, kalau begitu
aku lebih baik menjual
perlengkapan perkawinan ini dan
aku akan membeli kuda terbaik."
"Tetapi Zahid, malam nanti adalah
bulan madumu. Apakah engkau
akan pergi juga..?" kata para
shahabat menasehati.
"Tidak mungkin aku berdiam
diri..!" jawab Zahid tegas.
Lalu Zahid menyitir ayat, "Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-
saudara, istri-istri kaum
keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang
kamu khawatiri kerugiannya dan
rumah-rumah tempat tinggal yang
kamu sukai adalah lebih kamu
cintai daripada Alloh dan Rosul-
Nya (dari) berjihad di jalan-Nya.
Maka tunggulah sampai Alloh
mendatangkan keputusan-Nya. Dan
Alloh tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik." (At-
Taubah : 24).
Akhirnya Zahid melangkah ke
medan pertempuran sampai ia
gugur. Rosululloh berkata, "Hari ini
Zahid sedang berbulan madu
dengan bidadari yang lebih cantik
daripada Zulfah."
Lalu Rosululloh
membacakan surat Ali Imran ayat
169 - 170.
"Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan
Alloh itu mati, sebenarnya mereka
itu hidup dengan
mendapat rezeki. Mereka
bergembira dengan karunia yang
diberikan Alloh kepada mereka,
dan bergirang hati terhadap orang-
orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul
mereka dan mereka tidak bersedih
hati."
"Dan janganlah kamu mengatakan
orang-orang yang gugur di jalan
Alloh, (bahwa mereka itu) telah
mati. Sebenarnya mereka itu
hidup, tetapi kamu tidak
menyadarinya."
Para Shahabat pun meneteskan air
mata. Bagaimana dengan Zulfah..?
Mendengar kabar kematian Zahid,
ia tulus berucap, "Ya.. Alloh..
alangkah bahagianya calon
suamiku itu. Andai aku tak dapat
mendampinginya di dunia,
izinkanlah aku mendampinginya di
akhirat kelak." Demikian pintanya,
sebuah ekspresi cinta sejati dari
dunia hingga akhirat. Cinta yang
bersemi oleh ketaatan kepada titah
Rosululloh SAW, meski semula hati
berontak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar