11.4.15
Dzurriyah, Keutamaan, Kekhususan
Usman Yahya
Dzurriyah, Keutamaan, Kekhususan
Kata Dzurriyah berasal dari kata kerja dzara artinya menciptakan dan berarti juga membanyakkan.Atau bisa jadi di ambil dari kata kerja dzara artinya terbang dan mencecer.Atau bisa di ambil dari kata dzarara artinya anak-anak kecil.
Kata Dzurriyah di pergunakan untuk arti anak2 dan keturunan sampai hari kiamat, tidak terbatas hanya pada anak langsung.
Hadist Shohih yang mengkonfirmasi tentang keturunan ahlul-bait Rasulullah SAW diantaranya sbb:
Dua buah Hadizt riwayat Imam Ahmad bin Hambal:
"Barang siapa mencintaiku dan mencintai keduanya itu- yakni Al-Hassan dan Al-Hussein - serta mencintai ibu dan ayah mereka, yakni Fatimah Az-Zahra dan Sayyidina 'Ali -kemudian ia meninggal dunia sebagai pengikut sunnahku, ia bersamaku di dalam surga yang sederajat. "
" pada hari kiamat aku akan menjadi syafi '(penolong) bagi empat golongan. Yang menghormati keturunanku; yang memenuhi kebutuhan mereka; yang berupaya membantu urusan mereka pada waktu diperlukan dan yang mencintai mereka sepenuh hati.
"Dalam sebuah Hadizt Al-Hakim berasal dari Zaid bin Arqam RA, Rasulullah SAW menegaskan antara lain; "... Mereka (ahlul-bait) adalah keturunanku, dibuat dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah orang dari umatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubungan denganku melalui (pemutusan hubungan dengan) mereka. Kepada orang-orang seperti ini, Allah SWT tidak akan menurunkan syafaatku (pertolonganku). "
Para ulama menyebutkan beberapa prioritas, kekhususan dan keistimewaan serta tanggung jawab yang di miliki oleh Dzurriyah Rasulullah SAW. Prioritas itu di tetapkan berdasarkan bukti-bukti dan nas-nas sahih sebagai berikut:
-KEKHUSUSAN YANG PERTAMA: Diharamkan menerima zakat atas mereka
-KEKHUSUSAN YANG KEDUA: Mereka adalah manusia termulia dari sisi nasab dan garis keturunannya
-KEKHUSUSAN YANG KETIGA: Bahwa garis keturunan, nasab mereka dengan Rasulullah SAW akan tetap terhubung dan bermanfaat di dunia dan di akhirat
-KEKHUSUSAN YANG KEEMPAT: Mereka sah di sebut putra-putri Rasulullah SAW
-KEKHUSUSAN YANG KELIMA: Bahwa memandang wajah Dzurriyah Rasulullah SAW adalah ibadah
-KEKHUSUSAN YANG KEENAM: Bahwa mencintai dan menghormati mereka demi Rasulullah SAW adalah kewajiban setiap muslim
-KEKHUSUSAN YANG KETUJUH: Berbuat baik kepada mereka akan langsung di balas Rasullah SAW kelak di hari kiamat
-KEKHUSUSAN YANG KEDELAPAN: Bahwa mencintai mereka dapat memperpanjang umur dan memutihkan wajah kelak di hari kiamat
Tidak ada alasan sama sekali untuk meragukan bahwa masih adanya zuriat atau apa yang Rasulullah SAW sebut sebagai 'itrati' (keturunanku) dizaman ini. Zuriat ini turut mewarisi kemuliaan dan keutamaan yang tersendiri pula. Bahkan fitur ini akan selalu tetap pada cucu-cicit beliau, Insya Allah sampai datangnya Hari Kiamat. Fakta ini berdasarkan dalil Al-Quran dan Al-Hadits yang sahih;
Saat baru dimulainya kedatangan Islam di bumi Mekah, Rasulullah SAW serta para sahabat beliau menghadapi berbagai tes dalam bentuk cemoohan, siksaan dan boikot dari klan musyrikin yang ingin mereka meninggalkan Agama Islam. Sedang beliau menghadapi tekanan yang begitu hebat dari semua arah, Abdullah, putra Nabi SAW wafat dalam usia yang masih kecil, dan ini begitu meng-ibakan hati Nabi.
Mendengar berita kematian putera Rasulullah SAW itu, suku Quraish merasa begitu senang dan melaung-laungkan "Muhammad adalah orang abtar (pria yang bakal tidak berketurunan), Muhammad tidak memiliki putera, lantaran itu dia tidak akan memperoleh anak cucunya lagi. Ini akan melenyapkan nama beliau setelah wafat nanti. "Menyusul peristiwa itu, Allah SWT telah mewahyukan Surah Al-Kausar:" Sesungguhnya Kami telah anugerahkan kepadamu nikmat yang sangat banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu, dan sembelihlah (ternak kurban). Sungguhlah, orang yang membencimu itulah orang yang abtar (terputus keturunan). "
Ayat ini diwahyukan untuk menenangkan hati dan memantapkan tekad Rasulullah SAW dengan menegaskan bahwa anugerah rahmat Allah SWT yang tertinggi, adalah derajat nubuwwah (kerasulan) dan Rahmatin-Lil-alamiin (pembawa rahmat bagi sekalian alam). Firman Allah SWT dalam ayat di atas akhirnya terbukti dengan fakta bahwa setelah lebih dari 1.400 tahun, bukan saja ada jutaan umat Islam yang kasih serta bangga menjadi umat Nabi Muhammad SAW, tetapi juga membuktikan keturunan Rasulullah SAW masih tetap berkembang biak di mana-mana pun di muka bumi ini.
Wahai umat manusia! Sungguh Ali dan putra-putraku yang suci adalah peninggalan beratku yang besar. Masing-masing mereka akan memberitakan satu sama lain dan saling membenarkan.
Keduanya (Kitab Suci Al-Quran dan Keluarga Nabi) tidak akan pernah berpisah sehingga mereka menjumpaiku di telaga (surga) kelak. Mereka (para Imam, penerj.) Ini adalah orang-orang kepercayaan Allah yang ada di antara makhluk dan para pemimpin bijaksana yang ada di bumiNya. Sungguh telah kutunaikan (perintah ini). Sungguh telah kusampaikan; sungguh telah kuperdengarkan; sungguh telah kujelaskan.
Melalui cucu Rasulullah SAW, yaitu Al-Hassan dan Al-Hussein, zuriat beliau tetap diberi kesinambungan dan prioritas oleh Allah SWT sampai di pengujung zaman kelak dengan munculnya Imamul Al Mahdi yang juga bernasab dan berzuriat dari beliau sendiri.
Sebuah Hadizt Sahih riwayat Imam Ahmad bin Hambal menyebut: "Kutinggalkan di tengah kalian dua pusaka (peninggalan): Kitabullah sebagai tali terentang antara langit dan bumi, dan keturunanku ... Ahli-Baitku. Sungguhlah kedua-duanya itu tidak akan terpisah sampai kembali kepadaku di Haudh (Telaga Nabi di surga). "
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar