28.5.15
AMR BIN JAMUH Si Pincang Menjemput Surga
AMR BIN JAMUH
Si Pincang Menjemput Surga
Menjadi syuhada di medan perang adalah dambaan setiap Sahabat Rosululloh SAW saat itu. Tanpa terkecuali Amr bin Jamuh yg memiliki kelainan pada kakinya sehingga jalannya pincang.
Amr bin Jamuh adalah salah seorang pemimpin Yatsrib pada nasa jahiliyah. Dia masih ipar. Abdul bin Amr bin Haram, kepala suku Bani Salamah yg dihormati dan gemar nenolong orang-orang yg membutuhkan.
Pada masa jahiliyah, Amr menempatkan patung di rumahnya. Patung di rumah Amr bernama "Manat". Patung itu terbuat dari kayu, indah dan mahal harganya. Untuk perawatannya, Amr kadang membutuhkan biaya yg tidak sedikit. Hampir setiap hari, patung tadi dibersihkan dan diminyaki dgn wangi-wangian khusus dan mahal.
Tatkala cahaya Islam mulai bersinar di Yatsrib, dari rumah ke rumah, usia Amr bin Jamuh sudah lewat 60 th. Tiga orang putranya, Mu'awadz, Mu'adz dan Khalad, serta seorang kawan sebayanya, Mu'adz bin Jabal, telah masuk Islam melalui Mush'ab bin Umair, sang duta Islam. Bersama ketiga putranya, masuk Islam pula Ibu mereka Hindun, istri Amr bin Jamuh. Amr tidak mengetahui kalau mereka telah masuk Islam.
Saat itu para bangsawan dan pemuka siku di Yatsrib telah masuk Islam. Hindun khawatir kalau suaminya meninggal dlm jeadaan kafir lalu masuk neraka. Sebaliknya Amr sangat mencemaskan keluarganya akan meninggalkan agama nenek moyang mereka. Dia khawatir putra-putranya akan terpengaruh dakwahnya Mush'ab bin Umair.
Adapun para putranya terus membujuk sang ayah untuk masuk Islam. Ketika diajak sang ayah selalu beralasan untuk mendiskusikan dgn sang patung, Manat. Anak-anaknya mencari jalan bagaimana cara menghilangkan patung tsb dari hati Amr. Salah satu jalannya, menyingkirkan berhala tsb dari rumah mereka dan membuangnya jauh-jauh.
Pada suatu malam, ketiga putra Amr bersama Mu'adz bin Jabal, menyusup ke dlm rumah lalu mengambil berhala tsb, dan membuangnya ke dalam lubang kotoran manusia. Tidak seorangpun yg mengetahui dan melihat perbuatan mereka itu.
Pagi harinya, Amr tidak melihat Manat di tempatnya. Ia bergegas mencari berhala tsb dan dia nenemukannya di tempat pembuangan kotoran manusia. Bukan main marahnya Amr melihat kondisi sesembahannya itu. Setelah membersihkan sang berhala dan memberinya wewangian, ia kembalu meletakkan di tempat semula.
Malam berikutnya, Mu'adz bin Jabal dan ketiga pitra Amr, memperlakukan berhala itu seperti malam sebelumnya. Demikian juga pada malam-malam berikutnya. Akhirnya habislah kesabaran Amr, diambilkannya pedang, kemudian digantungkannya di leher Manat, seraya berkata, "Hai Manat, jika memang kamu
hebat, tentu bisa menjaga dirimu dari aniaya orang lain!"
Esok harinya Amr tidak menemukan berhalanya lagi. Ketika ia cari, benda tsb ditemukannya di tempat pembuangan hajat, terikat bersama bangkai seekor anjing. Saat dia keheranan, marah dan kecewa, muncullah beberapa pemuka Madinah. Sambil menunjuk berhala yg terikat bersama bangkai anjing itu, mereka berusaha mengetuk hati Amr, agar menggapai hidayah Alloh SWT.
Ia kemudian membersihkan badan dan pakaiannya, memakai wewangian, lalu bergegas menemui Nabi SAW, untuk menyatakan keislamannya. Amr bin Jamuh merasakan bagaimana manisnya iman. Dia sangat menyesali dosa-dosanya selama dlm kemusy-
rikan. Maka setelah masuk Islam, ia mengarahkan seluruh hidupnya, hartanya dan anak-anaknya untuk mentaati perintah Alloh SWT dan Rosul-Nya.
Ketika perang Badar akan dimulai, Amr berketetapan hati dan menyiapkan peralatan-
nya untuk turut dlm perang. Namun, ketiga putranya memohon agar sang ayah mengu-
rungkan niatnya dan memohon kepada Nabi SAW untuk melarangnya. Akhirnya Rosululloh SAW mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah. Walau merasa kecewa, Amr tahu itu untuk kebaikannya.
Dalam perang Badar Amr absen, namun keinginannya untuk turut dalam perang Uhud kian membuncah. Akhirnya ia memohon kpd Nabi SAW untuk mengizinkannya. Karena besarnya keinginan Amr untu berjuang, Nabipun tak kuasa menahan tekadnya untuk berjihad. Betapa bahagianya Amr mendapat izin dari Nabi SAW. Dengan sigab, Amr segera mengambil senjata untuk berperang.
Kondisi yg pincang tak membuat Amr berkecil hati. Bersama ketiga putranya, maju ke depan menebaskan pedangnya dgn membabi buta, kepada tentara musuh.
Sebelum berperang, Amr berdo'a, "Ya Alloh, berilah aku kesempatan untuk memperoleh syahid. Jangan kembalikan aku kepada keluargaku." Apa yg diharapkannya terjadi. Sebuah sabetan pedang dari prajurut musuh menghujam tubuhnya hingga ia syahid...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar