7.9.15

SEJARAH KOTA HADHRAMAUT DAN TARIM

oleh Al-Habib Muhammad Rafiq bin Luqman Al-Kaff Hadhramaut adalah nama satu kota di Yaman Selatan pengarang Kitab At-Tahzib mengatakan bahwa: “Hadhramaut adalah satu nama kota, yang berada di Yaman dan nama ini juga dipakai bagi nama satu Qabilah dari salah satu suku arab Yaman” Al-Imam Al-Qazuwayny Ra lebih jauh menerangkan di dalam Kitab Aja’ib Al-Buldan: “Hadhramaut berada di tengah Negeri Yaman terdiri dari dua kota, salah satunya adalah Syibam dan yang lainnya adalah Ar-Ras adapun sebab dinamakan dengan Hadhramaut (yang dalam definisi Lughah berarti ;”menghadiri kematian”) diriwayatkan bahwa ada seorang Sholih yang hendak dicelakai oleh kaumnya yang zhalim kemudian ia pergi bersama pengikutnya ke daerah ini maka tatkala ia telah sampai ia pun Wafat ditempat yang sekarang dinamai “Hadhramaut”, sedangkan Al-Mubarrad berpendapat bahwa Hadhramaut adalah nama “Amir” dari nenek moyang orang Yaman yang bila berperang sangatlah banyak membunuh orang sehingga musuh-musuhnya berkata;”Barang siapa yang bertemu dengannya sama saja dengan menghadiri kematian (Hadhramaut)” Sedangkan Tarim lebih tepat dikatakan sebagai nama satu daerah dalam kota Hadhramaut sebagaimana dikatakan oleh pengarang Kitab Al-Kanz: “Tarim adalah satu daerah yang didirikan oleh Tarim bin Hadhramaut, dan para Sadah Ba’alawi mulai tinggal disana berkisar pada th 561 H”. II. Keutamaan Kota Tarim dan Penduduknya Rasul Allah SAW bersabda: إِنىِّ لأَجِدُ نَفْسُ الرَّحْمَنَ مِنْ قِبَلِ الْيَمَنِ “Sesungguhnya aku mendapati nafs Ar-Rahman yang keluar dari arah Negeri Yaman” Al-Imam At-Thabrany dalam Kitabnya “Al-Ausat” meriwayatkan satu Hadist yang Shohih yaitu: حَضْرَمَوْتَ تُنْبِتُ الأَوْلِيَاءَ كَمَا تُنْبِتُ الأَرْضَ الْبِقَلَ “Di Hadhramaut menghasilkan para Wali Allah seperti Bumi subur yang menumbuhkan Sayur Mayur” Hadist ini dikemukakan oleh Al-Imam Al-Allamah Abdur Rahman bin Mushtofa Al-Idrus pengarang Kitab Mirah As-Syumus. Diriwayatkan bahwa dalam setiap Sholat Jum’at di Tarim di Shof awal terdapat lebih kurang 300 orang Mufti. Do’a Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra bagi penduduk Tarim Dizaman kekhalifahan Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra, beliau menemui Ziyad bin Lubayd Al-Anshory Amil Rasul Allah SAW di Yaman, dan beliau memerintahkan kepada Ziyad agar mengambil Bai’at Ahli Hadhramaut, hal tersebut disambut gembira oleh penduduk Tarim, sedangkan penduduk disekitarnya dari beberapa Qabilah ada yang menolak, sehingga mereka dianggap melakukan makar yang kemudian dikenakan sanksi yang keras, ketika bai’at penduduk Tarim yang mengikrarkan kesetiaan mereka kepada Khalifah Rasul Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra disampaikan kepada beliau, Sayyidina Abu Bakar Ra, mendo’akan penduduk Tarim dengan tiga Do’a : a. Dibanyakkan Allah orang-orang Sholih di Tarim b. Agar Tarim diberkahi oleh Allah c. Tidak dipadamkan api agama Allah di Tarim sampai hari Kiamat Do’a Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq Ra, tampak jelas dikabulkan oleh Allah SWT, sampai sekarang Tarim dimakmurkan dengan orang-orang Sholih, dan dengan keberkahan yang diberikan Allah SWT, air di Tarim tidak pernah kering, dan sampai detik ini cahaya agama Allah SWT masih bersinar terang di Tarim. Para Wali yang dimakamkan di Tarim Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts Al-Habib Abdur- Rahman As-Segaff mengatakan: “Di Turbah Zanbal di Tarim (Hadhramaut) telah dimakamkan para Wali yang jumlahnya melampaui dari sepuluh ribu orang, dan aku telah mengetahui para Wali yang bermaqam Qutb yang dimakamkan disana berjumlah delapan puluh orang” Sayyidina Al-Imam Al-Qutb Al-Ghauts Al-Habib Abdur Rahman As-Segaff wafat pada th 800 H, jadi jumlah yang beliau bicarakan tidak termasuk dengan para Wali yang dimakamkan sesudah beliau wafat. Di Tarim telah dimakamkan juga para Sahabat Rasul Allah SAW yang ikut perang Badr sebanyak tujuh puluh orang. Berkata As-Syech Fadl bin Abdullah: “Tiga Turbah yang membawa ahlinya kepada Syurga;Turbah Zanbal, Turbah Al-Hijrain, dan Turbah Ghail Abu Sudan”. Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Hasan Al-Athas menceritakan keutamaan Ahli Turbah Tarim, kata beliau: “Sebahagian dari Wali-Wali besar melarang dari mentalqinkan mayyit yang hendak dimakamkan di Turbah mereka, dan bilamana ada jenazah yang dimakamkan di Turbah para Wali ditalqinkan, maka pada pagi harinya jenazah yang sudah ditanam didapati akan keluar dari tanah dan tergeletak diatas kuburnya dengan masih memakai kafan, karena mereka, para Wali telah meminta kepada Allah agar jangan sampai ada yang dimakamkan di dekat mereka orang-orang yang termasuk Ahli neraka.” Membicarakan kelebihan kota Tarim dan para Ahlinya niscaya sangatlah panjang, dan akan menjadi pembahasan tersendiri, penguraian kami ini sekira-kira hanyalah untuk memberikan pandangan pada para pembaca, karena Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra identik dengan kota Tarim dan para penduduknya. Insya Allah mengenai kota Tarim sendiri, nantinya akan kami uraikan pada buku lain secara terperinci. Turbah Zanbal III. Kaum Ba’alawi “Ba’alawi” adalah sebutan bagi keturunan Rasul Allah SAW yang berasal dari Al-Imam Alwi bin Ubaydillah Ra, kaum Ba’alawi memasuki kota Hadhramaut diperkirakan pada abad ke 3 H atau pada abad ke 9 M, dimulai dengan berhijrahnya Sayyidina Al-Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa dari Bashrah menuju Hadhramaut. Adapun sebab musabab kenapa beliau memutuskan untuk berhijrah, dikarenakan merajalelanya para Ahlul Bid'ah dan munculnya gangguan kepada para Alawiyyin, serta begitu sengitnya intimidasi yang datang kepada mereka. Pada saat itu muncul sekumpulan manusia-manusia bengis yang suka membunuh dan menganiaya. Para pengacau ini menguasai kota Basrah dan daerah-daerah sekitarnya. Mereka membunuh dengan sadis para kaum muslimin. Mereka juga melecehkan kaum Muslimah dan menghargainya dengan harga 2 dirham. Mereka pernah membunuh sekitar 300.000 jiwa dalam waktu satu hari. Ash-Shuly menceritakan tentang hal ini bahwa jumlah total kaum muslimin yang terbunuh pada saat itu adalah sebanyak 500.000 jiwa. Pemimpin para pengacau ini adalah seorang Syi’ah yang pandir yang mengklaim dirinya adalah keturunan Rasul Allah SAW dengan membuat nasab palsu sebagai berikut; Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Isa bin Zainal Abidin. Ia suka mencaci Ustman, Ali, Thalhah, Zubair, Aisyah dan Muawiyah. Karena kekacauan pada masa itu meningkat dan semakin menjadi-jadi Al-Imam Ahmad memutuskan untuk berhijrah. Kemudian pada tahun 317 H, berhijrahlah beliau bersama keluarga dan kerabatnya dari Basrah menuju ke Madinah. Termasuk di dalam rombongan tersebut putra beliau yang bernama Ubaidillah dan anak-anaknya (cucu-cucu Sayyidina Al-Muhajir), yaitu Alwi bin Ubaydillah (cikal bakal Ba'alawi), Bashri (cikal bakal Al Bashri), dan Jadid (cikal bakal Al Jadid) dan para pembantu mereka. Mereka semua adalah Ulama yang utama dan Sufi yang sholeh. Mengenai Hijrahnya Sayyidina Al-Muhajir Ra ini telah banyak diriwayatkan oleh para Ulama’ dan Wali terkemuka, diantaranya adalah As-Syech As-Syarif Al-Wali Ali bin Ahmad bin Jadid Ra, Al-Imam Muhammad bin Bin Abu Bakar Ibad Ra, Al-Faqih Abdur Rahman bin Ali bin Hisan Ra dan As-Syech Muhammad bin Mas’ud dan Abu Syakiyl Al-Anshary Al-Khazarajy Radhia Allah Anhum Ajma’in wa nafa’ana bihim, mereka sama menyimpulkan bahwa: “Orang yang pertama kali keluar dari Bashrah ke Hadhramaut, adalah para Syarif yang mulia yang mempunyai keutamaan, kemuliaan dan kebaikan, yang dipimpin oleh As-Syech Al-Kabir Al-Wali As-Syahir Syahab Ad-Din Ahmad bin Isa Ra, bersama beliau ikut berhijrah para Syarif dan rombongan, beberapa pembantu mereka dan juga sahabat-sahabat setia mereka, Sayyidina Al-Muhajir Hijrah bersama harta benda beliau keluarga dan anaknya, beliau Hijrah setelah sebelumnya terlebih dahulu ber-Istikharah dan meminta Isyarah dari Allah SWT” Disebutkan dalam Al-Jauhar As-Syafaf bahwa rombongan Al-Imam Al-Muhajir Ra keluar dari Bashrah dengan rombongan berlima-lima, sebanyak lebih kurang tujuh puluh orang termasuk didalamnya para budak sahaya dan para pelayan, Termasuk yang ikut dalam rombongan Sayyidina Al-Muhajir pembantu setia beliau yang bernama “Makhdum”, ada yang meriwayatkan bahwa nama sebenarnya adalah Abdullah dari Qabilah A-li Maqdam. Dalam rombongan juga terdapat dua orang sepupu Sayyidina Al-Muhajir Ra. Mereka berdua (sepupu Sayyidina Al-Muhajir) ini salah satunya adalah nenek moyang Bani Qudaym, yang dikenal di daerah Yaman, berasal dari Wadi Sarad beberapa tokoh yang termasyhur dari Bani Qudaym ini diantaranya As-Syech Ibrahim bin Ahmad Al-Qudaymy Al-Husayny Bani Qudaym ini bernisbah kepada Al-Imam Muhammad Al-Jawad bin Al-Imam Ali Ar-Ridha bin Al-Imam Musa Al-Kazhim bin Al-Imam Ja’far As-Shodiq, sedangkan sepupu Al-Imam Al-Muhajir yang lain adalah yang menurunkan Bani Al-Ahdal, disebutkan oleh Al-Imam As-Syarajy di dalam Kitab Tarikh-nya bahwa tempat mukim Bani Ahdal di Wadi Siham, diantara tokoh Bani Al-Ahdal diantaranya yang termasyhur adalah Al-Imam As-Syech Al-Arif Billah Nur Ad-Din Ali bin Umar bin Muhammad bin Sulaiman bin Ubayd bin Isa bin Alwi bin Muhammad bin Hamham bin Aun bin Al-Imam Musa Al-Kazhim, Bani Qudaym maupun Bani Al-Ahdal menyembunyikan Nasab mereka dan silsilah mereka, silsilah mereka ini dikemukakan oleh Al-Imam Al-Allamah Abdur Rahman bin Ali Ad-Diba’i Az-Zubaydy. Tempat yang pertama kali Sayyidina Al-Muhajir Ra tuju dalam perjalanannya adalah Al-Madinah Al-Munawwarah, kemudian beliau ke Mekkah Al-Musyarrafah dan setelah itu barulah beliau menuju Yaman, kemudian ke Hadhramaut, dan beliau menetap di Syi’ib Al-Husaisah, Sayyidina Al-Muhajir Ra wafat pada th 345 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar